22 September 2025
Dilihat 13 kali
Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data terbaru ekspor dan impor produk perikanan Indonesia hingga Juli 2025. Data ini menunjukkan kinerja positif sektor perikanan nasional di tengah dinamika pasar global. Nilai ekspor produk perikanan tercatat mencapai USD 3,51 miliar dengan volume 771,97 ribu ton, meningkat 9,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja ini menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pemain utama di pasar perikanan dunia.
Dari sisi negara tujuan, Amerika Serikat masih menjadi pasar utama dengan nilai ekspor USD 1,18 miliar atau sekitar 33,6% dari total ekspor perikanan Indonesia. Posisi berikutnya ditempati Tiongkok USD 623,45 juta (17,8%), ASEAN USD 557,04 juta (15,9%), Jepang USD 346,60 juta (9,9%) dan Uni Eropa USD 248,02 juta (7,1%). Empat pasar utama – AS, ASEAN, Jepang dan Uni Eropa – mencatat kenaikan nilai ekspor, sementara ekspor ke Tiongkok mengalami penurunan. Dari sisi volume, AS dan ASEAN meningkat, sedangkan Tiongkok, Jepang dan Uni Eropa menurun.
Jika dilihat dari komoditasnya, udang tetap menjadi penyumbang terbesar ekspor perikanan Indonesia hingga Juli 2025 dengan nilai USD 1,09 miliar atau 31,1% dari total ekspor. Komoditas utama lainnya meliputi Tuna-Cakalang USD 583,15 juta (16,6%), Cumi-Sotong-Gurita USD 446,84 juta (12,7%), Rajungan-Kepiting USD 301,37 juta (8,6%) dan Rumput Laut USD 174,30 juta (5,0%). Udang dan Tuna-Cakalang mengalami kenaikan nilai ekspor, sedangkan Cumi-Sotong-Gurita, Rajungan-Kepiting dan Rumput Laut mengalami penurunan.
Secara lebih rinci, pasar utama udang Indonesia adalah Amerika Serikat yang mencapai USD 694,75 juta atau 63,8% dari total nilai ekspor udang, diikuti Jepang USD 178,14 juta, Tiongkok USD 59,40 juta, Uni Eropa USD 41,35 juta dan ASEAN USD 27,26 juta. Nilai ekspor udang hingga Juli 2025 naik 22,7% dibanding tahun sebelumnya. Untuk komoditas Tuna-Cakalang, pasar utama meliputi ASEAN USD 149,92 juta, AS USD 115,37 juta, Jepang USD 92,36 juta, Uni Eropa USD 78,27 juta dan Timur Tengah USD 68,06 juta. Ekspor Tuna-Cakalang juga meningkat 5,9% dibanding periode yang sama tahun 2024. Sementara itu, ekspor Cumi-Sotong-Gurita, Rajungan-Kepiting dan Rumput Laut mengalami penurunan nilai masing-masing 3%, 4,9% dan 9,8%.
Di sisi impor, Indonesia mencatatkan nilai impor produk perikanan hingga Juli 2025 sebesar USD 343,92 juta dengan volume 225,80 ribu ton. Nilai ini meningkat 31,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sumber impor terbesar adalah Tiongkok USD 72,65 juta (21,1%), ASEAN USD 41,49 juta (12,1%), Amerika Serikat USD 37,36 juta (10,9%), Norwegia USD 30,73 juta (8,9%), Uni Eropa USD 20,32 juta (5,9%) dan Korea Selatan USD 19,70 juta (5,7%).
Komoditas impor utama meliputi Makarel USD 69,68 juta (20,3%), Salmon-Trout USD 41,61 juta (12,1%), Tepung Ikan-Pellet-Makanan Ikan USD 36,56 juta (10,6%), Rajungan-Kepiting USD 31,33 juta (9,1%), Cod USD 22,65 juta (6,6%) dan Udang USD 21,47 juta (6,2%). Di antara komoditas tersebut, Makarel mencatat kenaikan paling tinggi yaitu 111,1% dibanding tahun sebelumnya.
Dengan kinerja ekspor dan impor tersebut, hingga Juli 2025 Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan produk perikanan sebesar USD 3,16 miliar, naik 7,5% dibanding periode yang sama tahun 2024. Nilai impor hanya sekitar 9,8% dari total nilai ekspor, sehingga mengukuhkan Indonesia sebagai negara net exporter produk perikanan.
Pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan ekspor perikanan nasional. Sejumlah langkah ditempuh antara lain berkoordinasi dengan pemangku kepentingan untuk memenuhi persyaratan pasar ekspor seperti penerapan alat tangkap rajungan ramah lingkungan sesuai ketentuan US MMPA, mendorong pelaku usaha menjaga mutu dan keamanan produk perikanan, memperkuat branding produk Indonesia melalui platform digital dan rilis berkala, serta meningkatkan akses pasar melalui perundingan penurunan tarif baik di kawasan pasar tradisional maupun non-tradisional. Pemerintah juga aktif memfasilitasi temu bisnis dan pameran internasional seperti International Indonesia Seafood and Meat Expo (IISM), Food Ingredient Europe (FIE), Busan International Seafood & Fisheries Expo (BISFE), hingga Virtual Business Meeting dengan mitra potensial di Timur Tengah.
Kinerja positif hingga Juli 2025 ini menunjukkan potensi besar sektor perikanan Indonesia untuk terus tumbuh dan memperluas jangkauan pasar global. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, kerja sama pelaku usaha dan promosi yang agresif, target peningkatan ekspor perikanan nasional diyakini dapat tercapai secara berkelanjutan.